Selamat Datang

Di blog ini anda dapat mengetahui informasi tentang kegiatan P2PL lingkup Kabupaten Tojo Una Una Prop. Sulawesi Tengah

Selasa, 12 April 2011

SITUASI RABIES DI TOUNA

SITUASI RABIES DI KABUPATEN TOJO UNA UNA

 Latar Belakang

Penyakit Anjing Gila atau dikenal dengan Rabies merupakan suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat, yang disebabkan oleh firus Rabies dan ditularkan melalui gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) yaitu Anjing, Kucing dan Kera. Penyakit ini menular pada manusia karena melalui gigitan binatang–binatang tersebut. Penyakit apabila menujukan gejala klinis pada Hewan Manusia selalu diakhiri dengan kematian, sehingga mengakibatkan timbulnya  rasa cemas dan takut bagi orang yang terkena gigitan dan juga menimbulkan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada umumnya. (Depkes RI, 2000).
Kabupaten Tojo Una Una termasuk salah satu daerah dengan kasus gigitan (HPR) yang tinggi. Berdasarkan laporan Bulanan yang diterima pengelolah P2 Rabies Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo Una Una Tahun 2006 terjadi Kasus Gigitan HPR sebanyak 08 Kasus, dan dari 3 spesimen yang diperiksa positif Rabie. Pada tahun 2007 terjadi gigitan HPR sebanyak 6 kasus, dari hasil observasi ternak anjing yang menggigit semua sudah mendapat vaksinasi pada tahun 2006. Pada tahun 2008 terjadi kasus gigitan HPR sebanyak 3 kasus, dari 2 hasil pemeriksaan specimen yang dilakukan peternakan terhadap ajing penggigit positif rabies. Pada tahun 2009 terjadi gigitan HPR sebanyak 8 kasus, tidak ada pemeriksaan specimen terehadap ternak anjing penggigit. Dan pada tahun 2010 terjadi kasus gigitan HPR sebanyak 9 kasus, dan dari 2 spesimen yang diperiksa positif Rabies. Dari data kasus gigitan tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat bahwa kasus gigitan HPR di Kabupaten Tojo Una Una pada Puskesmas Matako, uekuli, Puskesmas Tombiano, dan Puskesmas Marowo mengalami peningkatan (Dinas Peternakan Kab. Touna, 2010)  
Berikut ini disajikan distribusi penderita kasus gigitan menurut tahun kejadian di wilayah Kabupaten Tojo Una Una.





Pie.1.          Proporsi Kasus Gigitan menurut tahun kejadian di wilayah Kabupaten Tojo Una Una.

Gambar Pie diatas memberi jawaban jumlah kasus Gigitan HPR berdasarkan laporan bulanan Puskesmas yang dilapor ke Dinas Kesehatan tergambar yaitu ; tahun 2006 jumlah kasus gigitan sejumlah 23%, tahun 2007 kasus gigitan sebanyak 18%, pada tahun 2008 kasus gigitan menurun menjadi 9%, tetapi pada tahun 2009 kasus gigitan meningkat menjadi 24%, kemudian kasus lebih meningkat lagi pada tahun 2010 dengan jumlah kasus 27% dan 1 orang meninggal dunia pada wilayah kerja Puskesmas Marowo.

Penyajian distribusi kasus gigitan HPR berdasarkan bulan di wilayah Kabupaten Tojo Una Una tahun 2010. 





Pie.2.          Proporsi Kasus Gigitan menurut Bulan di wilayah Kabupaten Tojo Una Una tahun 2010.


Berdasarkan Pie diatas, Nampak bahwa kasus gigitan sudah mulai terlihat pada bulan Maret tahun 2010, tetapi pada bulan April dan Mei kasus gigitan HPR terjadi peningkatan, kemudian mengalami penurunan pada bulan Juni, pada bulan juli tidak terdapat kasus gigitan setelah itu muncul lagi kasus gigitan pada bulan agustus tahun 2010.
 
Berikut ini disajikan grafik line menurut tempat kejadian kasus gigitan HPR di Puskesmas se Kabupaten Tojo Una Una dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.





                Line 1.     Distribusi Kasus Gigitan HPR Menurut Tempat di Puskesmas Sekabupaten Tojo Una Una Dari Tahun 2006 s/d 2010.

Berdasarkan Line diatas, Nampak bahwa kasus gigitan pada tahun 2006 jumlah 
kasus gigitan HPR sebanyak 8 orang, pada tahun 2007 kasus gigitan berjumlah 6 orang, pada tahun 2008 kasus menurun dengan jumlah gigitan HPR 3 orang, pada tahun 2009 kasus terjadi peningkatan dengan jumlah gigitan sebanyak 8 orang sama seperti pada tahun 2006, selanjutnya kasus gigitan HPR lebih terjadi peningkatan secara signifikan pada tahun 2010 dengan hasil laporan 1 orang meninggal dunia dengan diagnosis positif Rabies pada wilayah kerja Puskesmas Marowo. 
*      Lingkungan Kasus

1)    Dari line diatas jawabannya bahwa kasus gigitan HPR lebih banyak terdapat pada Desa Matako wilayah kerja Puskesmas Matako, selanjutnya Puskesmas Uekuli, Puskesmas  Tombiano dan korban meninggal pada Puskesmas Marowo. Kecamatan Tojo Barat, Kecamatan Tojo, dan Kecamatan Ulubongka. Tiga Kecamatan tersebut sudah tertular kasus gigitan HPR yang cukup tinggi pada tahun 2010, dan apabila hal ini dibiarkan maka lebih berdampak negative atau akan terjadi penyebaran virus secara berkala ke Kecamatan lain di masa yang akan datang berdasarkan data penyebaran kasus gigitan pada Desa yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Tojo Una Una mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, dari ketiga kecamatan ini terdapat dua Kecamatan yang merupakan masyarakat mayoritas beragama Kristiani, tidak heran anjing menjadi komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi disamping kegunaannya dalam kehidupan sosial budaya masyarakat kristiani, seperti mas kawin dalam upacara perkawinan, upacara memasuki rumah baru, makanan has dan sebagainya, sehingga penyabab kasus gigitan HPR lebih tinggi terjadi pada Desa dengan tiga Kecamatan yang berbeda tersebut disebabkan perilaku masyarakat.

1.    Distribusi Menurut Orang
Tabel  Distribusi Penderita Kasus Gigitan HPR menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Tojo Una Una Tahun 2006 s/d 2010.
No
Bulan Kejadian
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
n
%
n
%
n
%
1
Januari
2
10,52
0
0
2
100
2
Pebruari
2
10,52
0
0
2
100
3
Maret
0
0
1
6,66
1
100
4
April
1
0
3
20
4
100
5
Mei
2
10,52
1
6,66
3
100
6
Juni
2
10,52
2
13,33
4
100
7
Juli
3
15,78
2
13,33
5
100
8
Agustus
1
5,26
3
20
4
100
9
September
2
10,52
2
13,33
4
100
10
Oktober
0
0
0
0
0
100
11
November
1
5,26
0
0
1
100
12
Desember
4
12,05
1
6,66
5
100
Jumlah
20
57,14
15
43,85
35
100

Berdasarkan tabel diatas nampak bahwa proporsi kasus gigitan HPR pada Laki-Laki sebesar 20 penderita (57,14%) dan pada Perempuan dengan jumlah gigitan sebesar 15 orang (43,85%).




              Pie. 3.        Proporsi Kasus Gigitan HPR Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Tojo Una Una Tahun 2006 s/d 2010.

Berikut ini disajikan grafik distribusi penderita kasus gigitan secara keseluruhan menurut Desa tempat kejadian di wilayah kerja Puskesmas se Kabupaten mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.





              Line 2.       Distribusi Kasus Gigitan HPR secara keseluruhan menurut Desa tempat kejadian di wilayah kerja Puskesmas se kabupaten Tojo Una Una Dari Tahun 2006 s/d 2010.

Berdasarkan Line diatas bahwa kasus gigitan HPR sesuai Desa pada masing-masing wilayah kerja Puskesmas dari  tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 seperti yang terlihat diatas sebagai berikut : kasus gigitan lebih banyak terdapat pada Desa Matako dengan jumlah keseluruhan kasus gigitan HPR 17 responden yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Matako, dan penyebaran kasus gigitan terjadi lebih meluas pada wilayah kerja Puskesmas muncul pada tahun 2010 dengan Desa yang berbeda dan Kecamatan yang berbeda pula. Dengan jumlah kasus gigitan secara keseluruhan mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 berjumlah 35 responden satu pasien meninggal dunia hasil pemeriksaan positif rabies. 
*      Kesibukan Masyarakat

Nampaklah bahwa Pie diatas memberi alasan yaitu angka kasus gigitan terbanyak pada Laki-Laki dengan nilai angka gigitan 57,14% hal ini di sebabkan laki-laki sebagai kepala rumah tangga yang pada hakikikatnya lebih banyak beraktifitas untuk keperluan rumah tangga diluar rumah mencari nafka lebih beresiko ketimbang perempuan dengan jumlah kasus gigitan 43,85% pada HPR.
A.            Kesimpulan

a.    Menekan prevalensi kematian akibat Rabies
b.    Penemuan dan tatalaksana dini kasus gigitan hewan penular rabies (anjing,kucing,dan Kera) dengan perawatan cuci luka memakai sabun dan pemberian VAR atau kombinasi VAR dan SAR sesuai indikasi.
c.    Anjing peliharaan, tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran, harus
didaftarkan ke Kantor Kepala Desa/Kelurahan atau Petugas Dinas Peternakan setempat.
d.    Menangkap dan melaksanakan observasi hewan tersangka menderita rabies, selama 10 sampai 14 hari, terhadap hewan yang mati selama observasi atau yang dibunuh, maka harus diambil spesimen untuk dikirimkan ke laboratorium terdekat untuk diagnosa.
e.    Pemberantasan dan penanggulangan Rabies menjadi tanggung jawab 3 (tiga) Departemen yaitu Departemen Pertanian (Ditjen Peternakan), Departemen Kesehatan (Ditjen PP dan PL) dan Departemen Dalam Negeri (Ditjen PUM/Pemerintahan Umum).
f.     Penanganan manusianya sebagai korban gigitan hewan penular rabies menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan sedangkan hewannya yang menjadi penular rabies menjadi tanggung jawab Departemen Pertanian. Dalam pemberantasan dan penanggulangan rabies tersebut dikoordinasikan Departemen Dalam Negeri (Gubernur serta aparatnya).
g.    Ketiga kecamatan ini terdapat dua Kecamatan yang merupakan masyarakat mayoritas beragama Kristiani, tidak heran anjing menjadi komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi disamping kegunaannya dalam kehidupan sosial budaya masyarakat kristiani, seperti mas kawin dalam upacara perkawinan, upacara memasuki rumah baru, makanan has dan sebagainya, sehingga penyabab kasus gigitan HPR lebih tinggi terjadi pada Desa dengan tiga Kecamatan yang berbeda tersebut disebabkan perilaku masyarakat.
h.    Laki-Laki dengan nilai angka gigitan 57% hal ini di sebabkan laki-laki sebagai kepala rumah tangga yang pada hakikikatnya lebih banyak beraktifitas untuk keperluan rumah tangga diluar rumah mencari nafka lebih beresiko ketimbang perempuan dengan jumlah kasus gigitan 43% pada HPR.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar